Wednesday, April 29, 2009

Ujung Tursina

Di persimpangan kehidupan,
Aku mempertaruhkan segalanya
Dan keberanian; apakah akan mewujudkan harapan
Atau hanya remuk terbuang di tumpukan sampah

Dan ketakutan menggodaku dengan bayangan
Tentang kegagalan
Serta kehinaan
Sekali ini, aku melawan sungguh rasa takut
Melenyapkan bisikan-bisikan di keremangan
Lewat sepenuh raga dan kata.

Namun ketakutan selalu menggedor pintu jiwaku
Sebab pertaruhan ini tentang seutuh kehidupan
Bahwa kegagalan --meskipun mengandung makna--,
Ialah penderitaan yang sulit tertanggungkan
Aku tak ingin melewatinya.
Aku tak ingin merasainya.

Namun, semua adalah urusan takdir
Dan aku manusia yang lemah kuasa
Jika jalan itu kemudian memang tiada terelakkan
Kan kutemui Ia di ujung Tursina,
Di bayang akhir pencarian.

--
Bandung, 30 April 2009
"Sedu di relung sepi"

2 comments:

Anonymous said...

apapun, semoga yang terbaik, dan, segala kekuatan menghadapi.

Pecinta Syair said...

Ujung Tursina; aku mungkin telah melampauinya. Meski tak sekuat Musa aku mendaki.

Tapi, di depanku masih membentang tebing-tebing tinggi. Tuhan tidak akan membiarkan hamba-Nya mendekat kepada-Nya; tidak tanpa ujian terlebih dahulu.

Maka, kukuhkanlah hatiku Tuhan, jika langkahku benar. Dan berilah padaku petunjuk-Mu jika aku tersesat.

Amin.