Wednesday, February 11, 2009

Perempuan

Perempuan,
Kehidupan berlangsung setiap hari, dan semuanya bermakna sama. Sepi! Seberapapun aku mencoba lepas dari jeratan yang menghimpit, aku tak pernah bisa lari darinya. Seberapapun lidahku menyangkal, kebenaran sesungguhnya bersemayam di relungku. Kesepian yang kemudian menggerogoti imanku dan mimpi-mimpiku. Betapa keheningan tak pernah bisa diusir dari hatiku; menjadi tamu yang menjajah hatiku sehingga yang tersisa hanyalah dingin dan keras.
Lalu kau hadir. Kau; dan senyummu, dan candamu, dan kebaikanmu, dan keagunganmu, dan seluruh pesona yang terpancar yang menenggelamkan aku dalam hanyutan perasaan. Kau membuat langitku biru, malamku menjadi emas; menjelmakan pelangi yang hadir di angkasaku. Sementara yang kutahu selama ini hanyalah hitam dan putih, kau mengajariku warna-warna yang tak pernah kupahami sebelumnya. Kau benar-benar membolak-balikkan halaman kehidupanku dan mencampuradukkan rasa yang terbenam dalam di jiwaku.

Perempuan,
Kemudian, di titik waktu, kitapun bertemu. Oleh ketidaksengajaan yang disengajakan dalam skenario Tuhan yang sungguh misteri. Kita berkenalan dan Tuhan memberkati keterusteranganku dengan kesediaanmu. Dan langkah kita pun diayunkan bersama. Kita bermunajat pergi menuju surga-Nya melalui ketundukan akan sunnah-Nya. Kita kemudian terbang ke bintang-bintang; bermimpi membangun rumah mungil sebagai istana tempat kita mengabadikan sang waktu, masjid tempat kita memuja Sang Khalik, dan lingkaran kita membesarkan buah kasih kita kelak.
Namun, kita kemudian tahu, langkah kita tidaklah serasi. Dan ada diam di antara kita yang mencoba menyelami perbedaan kita. Kita pun kemudian tahu ada tembok yang mensekat kebersamaan kita. Kita adalah hakikatnya dua keping jiwa yang hendak direkatkan takdir untuk menjadi satu. Dan usaha mempersatukan untaian jiwa kita tidaklah mudah. Dan terkadang kita tersandung oleh kebodohan-kebodohan yang kita ciptakan sendiri. Namun, kita tidak menyerah sebab kita percaya bahwa manusia belajar untuk menjadi lebih baik. Sebab kita percaya bahwa ini adalah ujian yang membuat ikatan kita nantinya akan semakin kuat.

Perempuan,
Aku percaya, cinta membawakan rasa. Namun, yang sejati melahirkan arti. Dan aku percaya, kaulah sang arti yang dimaksudkan Tuhan untukku. Melalui dirimu, aku menziarahi makna kesungguhan, pengorbanan, dan keikhlasan.
Kelak, Insya Allah kita akan menjadi satu jiwa. Denyut jantungmu akan menjadi detak nyawaku. Dan nafasku akan menjadi penghidupanmu. Kita mungkin hanyalah manusia biasa yang berkodrati khilaf. Kita mungkin tak sesempurna selayaknya malaikat. Namun diikat janji yang sungguh suci, kita berharap dapat menyempurnakan satu sama lain, dan menyucikan hati kita dari noda-noda yang pernah menggoresnya.Wallahu’alam.


--
Kusimpan surat ini di sini tanpa terkirimkan padamu sekarang. Sebab, engkau mungkin enggan mendengar janji-janji. Biarlah kata-kataku ini kupatri dalam sembunyi di lubuk nadi. Dan kan kujadikan sisa hidupku sebagai pembuktiannya.


(when silence stands between us)
Bandung, Februari 2009.

1 comment:

v3ndro said...

Beuntungnya perempuan itu... :)