Thursday, November 25, 2010

Tentang Lelaki

Perempuan. betapa dunia kita diciptakan berbeda. Kami lahir dan tumbuh dengan kekuatan. Kami diharapkan untuk tidak memberi ruang pada kelemahan. Dan kau tercipta dari mata air keindahan, yang menumbuhkan putik-putik ayu di sela bebatuan. Di selewat malam bertabur kegelapan, cahyamu malah nampak berkemilauan.

Kami mungkin tidak tercipta dengan sikap mendayu-dayu, bagai aktor-aktor bayaran di kisah romantis. Karena kami ditempa oleh batu cadas realitas, yang mengharuskan kami berpanas-panas di bawah mentari trengginas. Untuk menyajikan masa depan bagimu, perempuan. Untuk menjadi seseorang yang layak dibanggakan sebagai kekasihmu. Untuk bekal anak kita kelak. Kami kadang luput untuk memperhatikan hal-hal kecil yang kalian butuhkan, karena di pundak kami ada beban kehidupan yang besar. Tanggung jawab yang kami ambil alih dari orang tuamu, untuk membahagiakan dirimu.

Ya, memang, kami tidak bisa diharapkan sebagai sosok yang sempurna. Ini bukanlah sanggahan atau alasan untuk menerima kelemahan. Namun, begitulah adanya. Kami tidak bisa selalu sabar untuk menghadapi kemarahanmu, wahai perempuan, saat tubuh kami terlalu lelah. Raga kami membajak tuannya, karena ia pun menuntut hak yang harus kami tunaikan. Betapa sering kami mengabaikan permintaan tubuh kami sendiri, sebagai bayaran untuk nafkah yang kami dapatkan. Dan sungguh, hanya secangkir kehangatan darimu yang kami dambakan untuk mengobatinya. Betapa kehidupan terasa indah, jika saat lelah engkau mendekap dengan penuh pengertian.

Romantisme kami tidak ada dalam kata-kata, tidak dengan dialog yang meluluhkan hati. Kami berusaha mewujudkan itu dalam tindakan. Kami tidak selalu bilang “I Love You” untuk memberitahumu betapa kami menyayangimu. Tapi percayalah, kami akan ada selalu saat engkau sakit. Kamilah yang membopongmu erat-erat untuk mengusir hawa dingin. Kamilah yang akan tekun menjagamu dari waktu ke waktu. Dan perempuan, saat kau mencoba menggapai mimpimu, kamilah yang setia untuk menjadikan pijakan bagimu agar kau bisa menyaksikan keindahan dunia di balik tembok tinggi itu. Saat kau terjatuh dan mengaduh, kamilah yang menggenggam tanganmu erat dan berkata “Semua akan baik-baik saja”.

Dan kepadamulah perempuan, kami membuka pintu hati kami. Untuk memperlihatkan air mata yang selama ini kami sembunyikan. Untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang kami kunci erat. Dan bahkan, untuk memperlihatkan seutuh-utuhnya kelemahan kami. Karena kami percaya kepadamu perempuan, sebagai separuh jiwa yang terwujud berbeda. Dan yang kami harapkan adalah penerimaanmu atas sebenar-sebenarnya siapa diri kami. Untuk menjadi belahan jiwamu yang mungkin terasa begitu asing.

Perempuan, aku berharap kita dapat menjadi satu sampai batas usia kita. Dan meski perahu kita oleng oleh riak gelombang yang datang mengancam, aku tak berputus harap bahwa suatu saat kita dapat menjadi sepenuh nafas yang berhembus seluruh. Semoga. Amin.


Bandung, 26 November 2010

1 comment:

Amie said...

puisi saudara ini sgt mengesankan....