Kulihat saat fajar merekah
Seorang nelayan renta
Kulitnya mengeriput di sekujur raga
Menebar-nebar jala
Pada pantai nan suram
Mengais ikan hasil tangkapan
Mungkin petang baru bisa beristirahat
Kulit nan legam
Terpanggang bara surya
Penanda ia tak kenal putus asa
Takkan cukup tuk jadi nafkah
Mengapa kau berlanjut pada hidup
Yang penuh akan peluh
Begitu sungguh
Adakah kau rasai hidup sebagai siksa
Tapi mengapa derita tidak tampak
Pada pelupuk matamu yang bening
Kau malahan tersenyum
Saat kau tarik jaring dari ombak
Mungkinkah kau seorang guru
Yang mampu mengajar
Pada indahnya syukur
Walau dunia kan hanya memandangmu
Tak lebih dari nelayan papa
Tapi sungguh, kau menyimpan harta
Pada kamar-kamar hatimu yang agung
3 comments:
Aku hanyalah pengelana
Yang mencari Kebenaran
Di antara bintang gemintang
Tidak pula aku berpengetahuan
Sebab aku manusia pandir
Seorang yang berusaha belajar
Di sekolah kehidupan
Kadang terjerembab di lembah terjal
Kadang terseret arus liar
Dan kau,
Ada keindahan dalam dirimu
Ketimbang bertanya bagaimana
Pada yang lain
Cobalah lihat dirimu sendiri
Sebab Engkaulah keindahan
Sebab Engkaulah kebaikan
Aku lebih suka puisi kak ruli di comment-nya, daripada puisi "nelayan tua renta". Ups, "Kisah Nelayan Renta" deng...
@sari
ha ha ha...
iya sih, puisi nelayan-nya...rada-rada maksa yah :D :D Hmm...hmm...memang sedang belajar sih..xixixi...
[nanti aku kasih komen ah di blogmu...kalo inget sari, bawaannya pengen jaillllll ajah :D]
Post a Comment