Wednesday, August 30, 2006

Akhir Suatu Senja

Malam

Inilah malam
Saat bintang benderang
Bulan melenggok anggun
Dan jengkerik bertasbih
Hening sunyi penuh arti
Saat jiwa merenung
Dan hati merunduk
Serta aku bersama-Mu

Tapi,
Ini bukanlah malam itu lagi
Karena kali ini
Aku terlelap
Pada bayang-bayang malam muram

Saat awan menghalang
Rembulan tak lagi tersenyum
Bintang berkedip penuh dengki
Hanya tersisa secuil cahya
Yang bahkan kian pudar

Dan inilah malam
Saat aku menangis
Bukan lagi karena-Mu
Tapi karena
Malam ini telah usai

Pagi


Dan pagi menjelang
Saat tirai tersingkap
Aku masih juga tak sadar

Matahari mengungkapkan cintanya
Pepohonan menyambutnya
Burung berdendang dalam lagunya
Aku masih juga tak sadar

Ayam jantan berkokok berwasiat
“Wahai, bangunlah dari dipanmu
Bangunlah mimpi nyanyimu
Karna itu bukan sekedar mimpi
Tapi itulah masa depanmu”
Aku masih juga tak sadar

Aku masih juga tak sadar
Bahwa masa depan telah usang
Berganti jadi masa sekarang
Harapan menunggu diwujudkan
Dan waktu sedang bercumbu berkejaran
Malahan aku terduduk diam
Aku masih juga tak sadar

Aku masih juga tak sadar…Oh!

Petang

Petang menutup hari itu
Tersenyum dan berkata:
Kaulah yang beruntung
Pada kesempatan yang berkunjung
Dan kau raih ia dalam gelora
Bahwa ia datang hanya untukmu
Kaulah yang beruntung
Sebab kau bahkan masih hidup
Untuk esok dan kebahagiaan
Tapi aku melengos lesu
Berharap cepat berganti waktu
Lalu malam berulang
Pagi berulang
Petang pun berulang
Untuk seterusnya berulang

--
Suatu senja di akhir abadi
Aku teringat sesalku,
Lalu kutorehkan sebuah puisi

Jakarta, 17 Desember 2004

No comments: